Sat (Kebenaran) Cit (Pengetahuan) Ananda (Kebahagiaan) Tertinggi
MENGENAI SAT CIT ANANANDA
Dalam Taittiriya Upanisad 2.1 dan Brihadaranyaka Upanisad 3. 9. 28 menyebutkan :
" Satyam Inanam Anantam Brahma Vijnanam Ananda Brahma "
Yang artinya :
Kebenaran Tertinggi , Pengetahuan (Kesadaran) Tertinggi dan Kebahagiaan Tertinggi adalah Brahman .
Sarvopanishatsara no : 21 yang menyebutkan dengan pengertian yang sama tetapi dengan susunan kata - kata yang sedikit berbeda yaitu :
" Satyam Inanam anantam - anandam Brahma " Jelaslah disini Brahman tidak dilukiskan sebagai individu atau pribadi , melaikan suatu hakekat yang disebut kebenaran yang disebut Kesadaran (pengetahuan) dan yang disebut kebahagiaan tertinggi .
Sudah dijelaskan sebelumnya beberapa
aspek-aspek dari Brahman seperti bersifat abadi, tidak dilahirkan, tidak bisa mati, dan sebagainya. Lalu apa bedanya dengan Sat Cit Ananda (kebenaran, pengetahuan dan kebahagiaan) itu sendiri?
Sat Cit Ananda adalah azas pokok atau hakekat ( dasar ) dari Brahman.
Pengetahuan (cit) itu sendiri adalah Brahman, dan Kebahagiaan (ananda) itu sendiri adalah Brahman. Bila orang sudah menyatu dengan Brahman dia akan merasakan kebahagiaan , Kesadaran dan Kebenaran Tertinggi yang tidak bisa dicari bandingannya dan tidak dapat diungkapkan dengan kata - kata.
Barang siapa yang melaksanakan kebenaran maka dia akan mendapatkan ketenangan, dan bila pengetahuan telah dihayati maka orang akan menjadi bijaksana, bila kebahagiaan telah dirasakan maka cinta kasih akan memancar dari dirinya. Itulah tanda orang yang telah menghayati Sat Cit Ananda.
Apa sebenarnya yang orang lihat dan rasakan sungguh kontradiktif (berlawanan). Kalau Brahman maha benar, maka alam semesta yang tidak lain adalah Brahman tentu adalah suatu kebenaran juga . Jika Atman sama dengan Brahman maka manusia tentu tahu dan bahagia.
Lalu mengapa disebut benda-benda didunia ini maya? Mengapa banyak orang yang tidak tahu dan orang yang tidak bahagia?
Demikian sepertinya banyak yang belum paham dan menghayati pengertian maya itu. Contohnya : Jika diwaktu malam hari kita memegang obor dan kemudian obor itu diputar dengan gerakan yang cepat apakah yang terlihat? Orang melihat obor itu seperti lingkaran api (bola api). Apakah betul bola api itu ada? Bila berhenti memutarnya maka yang ada sebenarnya hanya obor, bukan lingkaran api. Demikianlah alam semesta ini karena digetarkan oleh prana ( kekuatan Tuhan ) dengan frekuensi yang berbeda - beda maka terjadilah segala benda dan bentuk ini. Bila Tuhan berhenti berkrida , maka semua alam semesta ini akan lenyap , karena memang tidak ada.
Pada hakekatnya kita tahu tetapi kebingungan dari pikiranlah yang menyebabkan tidak tahu. Jika pikiran tenang dan hening segala sesuatunya itu akan tampak secara benar.
Jika sekeping uang logam di tempatkan di sebuah kolam yang bening airnya maka uang itu akan tampak dengan jelasnya, tapi bila air kolam diatasnya bergerak dan bergelombang karena ada orang yang berenang diatasnya maka akan tampaklah uang logam yang mengkilap itu berubah bentuk, kadang kadang memanjang, kadang-kadang mengecil dan membesar, padahal kenyatannya uang itu tidak berubah, gelombang itulah yang membiaskan pandangan. Lebih-lebih lagi jika air kolam itu keruh maka uang logam itu pun tidak tampak sama sekali meskipun uang itu tetap berada di dalam kolam.
Demikian pikiran seumpama air, jika pikiran tidak tenang maka semua yang dilihat menimbulkan kegelisahan. Jika pikiran gelap maka Tuhan yang ada di dalam hati sendiri tidak terlihat.
Orang suci seperti Bhagawan Vyasa, Maharsi Sukha, Prabu Janaka, dan sebagainya. Beliau itu maha tahu, apa yang sudah terjadi, sedang terjadi dan apa yang akan terjadi. Karena beliau sudah mendekati Tuhan, Beliau juga maha bahagia, maha benar, tidak terkena lagi pada suka dan duka. Beliau-beliau ini disebut Jivan Mukti yaitu telah mencapai Sat Cit Ananda (Kebenaran , Pengetahuan dan Kebahagiaan) semasih hidup.
Maharsi - maharsi ini bisa mengetahui apa yang sudah terjadi dan apa yang sedang terjadi karena yang sudah dan sedang terjadi sudah terwujud (sudah pernah terjadi), tetapi bagaimana dengan yang belum pernah terjadi , bagaimana Beliau bisa mengetahui kejadian yang akan datang?
Alam semesta ini adalah seperti panggung sandiwara yang kolosal ( besar ), pemain - pemainnya adalah semua makhluk
baik berbentuk manusia, binatang dan tumbuh - tumbuhan. Sutradaranya adalah Tuhan. Karena sandiwara ini berlangsung sangat panjang dari mulainya dunia sampai pralaya maka pemainnya pun banyak dan berganti - ganti.
Masing - masing pemain mengenal jalan cerita sesuai dengan bagiannya saja dalam arti hanya sepotong - potong . Tiap orang hanya menjadi pemain dalam satu babak ( dalam hidupnya yang berumur 80 tahun ). Bagaimana dia bisa mengenal keseluruhan isi cerita yang terdiri dari triliunan babak? Tetapi Tuhan sebagai sutradara agung yang mengarang (menciptakan) sandiwara ini melalui khayalNya (maya) tahu benar isi dari semua babak dari permulaan nya sampai akhir karena sudah dikonsepkan terlebih dahulu.
Orang suci yang sudah lebur dan menyatu dengan Tuhan otomatis jadi Tuhan dan dengan sendirinya mengetahui apa yang akan terjadi. Tidak ada lagi batasan pengetahuan bagi Beliau yang sudah amoring acintya menyatu dengan Tuhan.
Dimana letak terjadinya perbedaan pengetahuan seseorang dengan orang lain? Perbedaannya terletak pada pembungkusnya yang disebut pikiran dan jasadnya dengan indra indra mereka.
Pikiran dan indra ini hanya memiliki nilai yang relatif karena mereka hanya mampu bekerja dengan tenaga kredit. Contohnya : indra mata pada orang yang sedang melamun meskipun matanya terbuka dan terarah pada satu objek tetapi mata tersebut tidak dapat melihat objek yang dilihatnya karena pikiran tidak menyertai indra mata tersebut.
Pikirann orang yang sedang melamun jauh melayang ke tempat lain. Bagaimana halnya dengan pikiran juga sama. Bagi orang yang sedang pingsan, pikiran tidak bekerja. Dia baru bisa bekerja bila prana dari Atma menggetarkannya. Dengan demikian maka indra baru bisa bekerja jika ada pikiran. Pikiran baru bisa bekerja kalau ada prana. Dan parana baru ada kalau ada Atman. Atmanlah sumber tenaga, yang lain hanya mendapat tenaga pinjaman.
Kebanyakan didengar Maharsi yang bisa mempelajari dan memperoleh Jnana adalah pria, apakah wanita tidak berhak?
Di dalam Vedanta disebutkan bahwa Dewa Ciwa mengajarkan Vedanda pada Parwati.
Dalam Samkhya, Maharsi Kapila mengajarkan ajaran Samkhya kepada Dewahuti.
Di dalam Brhad-aranyaka Upanisad, Yajnavalkya mengajarkan prinsip - prinsip Filsafat Vedanta kepada Maetreyi. Rama dalam cerita Ramayana mengajarkan doktrin Brahman kepada Sabari. Parvati, Devahuti, Maitreyi dan Sabarai semuanya wanita . Siapa saja yang sudah siap, baik laki maupun wanita dan dari kasta mana pun, kelahiran apa saja akan berhak dan bisa mencapai jnana yang tertinggi.
Contoh orang dari kasta selain dari Brahmana bisa mendapatkan Jnana yang tinggi? Bagaimana laut menolak perlindungan dari tetesan airnya, bagaimana ibu dapat menolak kedatangan anaknya. Ini Tuhan, Beliau tidak pilih kasih.
Tahukah bahwa Maharsi Vasistha yang sangat dihormati oleh Sri Rama itu adalah anak seorang pelacur. Dan tahukah bahwa Ibu dari Narada adalah wanita pembantu yang bekerja mencuci pakaian. Maharsi Walmiki termasuk kasta pemburu. Demikian pula Bhagawan Visva mitra adalah bekas seorang raja, dan Maharsi Matanga adalah anak seorang miskin. Bagi Tuhan semua mahkluk ini adalah putra-putra Nya.
Jika demikian mengapa ada sistem varna, apakah tidak berarti Tuhan membedakan umat - Nya satu dengan yang lain?
Seperti boneka yang terbuat dari gula kelapa. Punya kepala, punya tangan dan punya kaki, tetapi jika mencicipi nya maka setiap bagian dari boneka itu terasa sama manisnya. Kita semua adalah anak-anak Tuhan dan akan menyatu dengan Tuhan cepat atau lambat.
Janganlah terlalu merisaukan masalah kasta maupun warna, seperti pohon nangka yang buahnya bermunculan dari pangkal sampai ujungnya yang tertinggi.
Apakah buah yang timbul di bagian bawah akan terasa berbeda dengan buah yang tumbuh di bagian atas? Sama bukan.
Bagiamana caranya agar kita bisa menghayati bahwa Tuhan ada didalam diri sendiri Seperti apa yang disebut kebenaran di dalam Upanisad?
Kembangkan Lah pandangan Jnana, tanpa itu tidak akan pernah bisa memahami. Bagaimana halnya teleskop yang dipakai untuk kita melihat benda-benda yang sangat kecil, maka jnanascope digunakan untuk melihat Tuhan di dalam diri sendiri. Pertama - tama percayalah terlebih dahulu kebenaran Upanisad dan kemudian kembangkan keyakinan itu perlahan lahan melalui sadhana, pengabdian tanpa pamerih.
Alihkan pikiran dari benda-benda duniawi yang mengikat yang berada diluar dirimu, dan Arahkan Perhatian ke dalam dirimu. Akhirnya kita akan menemukan harta yang paling mulia yang hilang itu (Atman).
Dia tetap tersimpan didalam rumahmu. Rahasianya sungguh sederhana yaitu bagaimana kita bisa mengendalikan dan menundukkan pikiran. Pikiran yang melahap ke dunia luar dan menikmati kesenangan yang sifatnya sementara adalah jalan keliru, hanya penderitaan dan kegagalanlah yang akan mengingatkan kembali pikiran ke jalan yang benar, bahwa Tuhan ada di hati nurani sendiri.
Di dalam Katha Upanisad sebutkan :
" Badan ini, oh Nachiketa, hanya satu kereta, panca indriya adalah kuda-kudanya, pikiran tali les nya, budhi akhlak (karakter ) adalah kursinya, kemudian melalui pikiran (tali les nya bekerja) pada Panca Indria, maka dia menikmatinya Dia mengalami dan melakukan segala sesuatu. Seseorang yang pikirannya tidak terkendalikan, yang indria tidak dapat membedakan antara baik dan buruk, bagaikan kuda - kuda yang binal di tangan si pengendara itu."
Oh Nachiketa jalanan itu sungguh panjang dan amat sukar untuk dicapai. Hanya mereka yang telah mencapai kehalusan batin saja yang melihat dan memahami keadaan luhur itu. Meskipun demikian tidak usah khawatir ! Bangunlah, sadar, berdiri dan berusaha. Janganlah berhenti sebelum kamu mencapai tujuan terakhir.
Sebab itu para suci berkata, pekerjaan ini sangat sukar sekali. Seperti berjalan diatas pisau cukur.
Dia yang telah mengatasi indria-indrianya, akan mengatasi segala keinginannya, akan mengatasi bentuk-bentuk kehidupan apapun, dan mengatasi rasa dan pikiran, bahwa yang Abadi itu senantiasa diluar akal. Ketahuilah Beliau tidak dapat dirusakkan dan dengan kosentrasi terus menerus kepada Beliau kita akan diselamatkan.
Tidak sembarang orang boleh mengatakan dirinya Tuhan, sebenarnya antara manusia dengan Tuhan itu ada bedanya, walaupun hakekatnya sama.
Contoh : Samudra adalah kumpulan titik - titik air dalam jumlah yang besar, tetapi satu titik air tidak boleh menyebutkan dirinya samudra, namun jika titik air itu sudah bisa menyatu dengan samudra, maka titik air itu adalah samudra. Jadi orang suci yang sudah bisa menyatukan dirinya dengan Tuhan melalui Yoga , akan berhak menyebutkan dirinya Tuhan.
Manusia awam tidak berbeda dengan gabah, selama terbungkus oleh merangnya dia tidak boleh disebut beras, meskipun hakekatnya dia adalah beras, merangnya gabah ini adalah sama dengan manas ( pikiran dan perasaan ), Selama keterikatan dari pikiran itu belum dibuang, selama itu dia tidak berhak menyebut dirinya Tuhan.
Sebagaimana Brahman Yang Esa bisa mengambil bentuk yang beraneka ragam.
Pada hakekatnya Brahman tidak punya bentuk, tapi dia bisa mengambil bentuk sesuai dengan wadah ( badan ) yang dimasuki - Nya.
Contohnya air atau angin. Air bisa mengambil bentuk seperti gelas, seperti botol, seperti jambangan sesuai dengan wadahnya. Demikian Tuhan, apapun dan bagaimanapun bentuknya orang bijak tidak akan keliru mengenal - Nya.
Seperti misalnya perhiasan, ada yang berbentuk cincin, ada yang berbentuk kalung, anting - anting dan sebagainya, pada hakekatnya semuanya itu adalah emas yang sama.
Orang yang mengerti rahasia ini tidak keliru mengenal Tuhan yang berada pada semua makhluk yang berbeda - beda. Inilah kebenaran sejati, bentuk-bentuk yang berbeda adalah ilusi dari pikiran. Pikiran yang masih dikabuti oleh ilusi itu disebut avidya.
Apa bedanya Avidya dengan bodoh?
Istilah bodoh seolah memiliki pengertian bahwa orang bodoh itu tidak bisa menjadi pandai. Sebaliknya istilah avidya yang kurang tahu pengertiannya bahwa orang itu pada dasar tahu dan akan mudah kembali tahu kalau ada orang yang mengingatkannya.
Menurut Upanisad pada hakekatnya manusia maha tahu ( Atman ). Guru hanya berfungsi membangkitkan kesadaran si anak didik. Bangkitnya kesadaran si anak berbeda - beda tergantung dari karma (pengalaman pada hidupnya yang lampau).
Kalau dalam hidupnya yang lampau si anak berpengalaman sebagai pelukis, maka dalam hidupnya sekarang sedikit saja guru memberikan pelajaran melukis dia akan lebih pandai dari teman-temannya yang lain. Demikian pula halnya dengan pengetahuan yang lain. Hasil pengalaman yang lampau dikenal dengan istilah bakat.
Dijelaskan lagi terkait Ananda . Dikatakan jika Ananda (kebahagiaan tertinggi) ialah asas pokok dari sang Brahman/Atman. Adakah bentuk rasa bahagia yang lebih besar dari kebahagiaan mempunyai seorang anak yang baik, mempunyai seorang istri yang setia dan berbakti , serta mempunyai harta yang serba berkecukupan? Namun, Sesungguhnya semua itu juga belum sebagai bentuk kebahagiaan yang tertinggi, karena semua itu juga mungkin akan berubah menjadi duka.
Misalnya saja jika si anak dan istri meninggal dunia, serta semua harta dicuri oleh pencuri. Maka kebahagiaan itu akan berubah menjadi penderitaan. Begitulah jika manusia menggantungkan kebahagiaannya kepada segala bentuk yang bersifat duniawi , maka selama itu pula ia hanya akan menikmati kebahagiaan yang sementara, kebahagiaan yang akan selalu bisa berubah sewaktu-waktu menjadi duka .
Manusia dilahirkan ke dunia ialah untuk belajar dari benda - benda yang ada di dunia. Orang yang bijaksana ibarat seorang nahkoda dengan perahunya. Seorang Nahkoda yang bijaksana tidak akan menolak air (harta) karena tanpa air perahunya tidak akan mungkin bisa berlayar, namun seorang Nahkoda akan tetap menjaga perahunya agar jangan sampai ditenggelamkan oleh air (seperti harta duniawi).
Begitu pula Kama yang juga dapat diibaratkan seperti angin. Seorang nahkoda juga tidak pernah menolak angin karena dengan angin perahu layarnya akan bisa bergerak. Tetapi si Nahkoda tetap akan menjaga jangan sampai perahu (dirinya) diombang-ambingkan oleh angin (hawa nafsu keinginan) .
Jadi dapat disimpulkan harta benda duniawi akan sangat berguna jika berada di tangan orang yang bijaksana. Dengan keinginan yang mampu terarah dan dikendalikan, dengan harta yang dimanfaatkan guna untuk kebajikan, maka orang-orang dapat lebih cepat mencapai moksa .
Banyak orang masih tidak paham untuk apa Tuhan menciptakan dunia ini, jika hanya untuk menyesatkan Dunia yang bersifat maya ini dan bahkan telah menjerumuskan manusia ke arah penderitaan bukankah begitu?
Telah dikatakan Tuhan ialah ibarat seperti sutradara atau pengarang. Beliau yang telah membuat cerita alam semesta yang panjang ini dengan khayalan Beliau yang disebut sebagai maya. Beliau tetap bahagia dengan karangan - Nya itu dan karanganNya itupun tidak akan terpengaruh pada diri - Nya .
Sepertii misalnya seekor ular yang menyemburkan bisa, namun mulut ular itu tidak akan terpengaruh oleh bisanya sendiri. Demikianlah Tuhan, tidak terpengaruh oleh ciptaan sandiwaraNya , penonton yang mampu terbius menyaksikan sandiwara ini , yang menganggap sebagai kejadian yang sebenarnya sehingga ia ikut sedih dan menangis menyaksikan cerita itu.
Tetapi jika penonton ini berpikir dengan tenang, mereka akan sadar bahwa apa yang telah ia lihat hanyalah sekedar sandiwara, sehingga tidak perlu merasa sedih dan menangis .
Jika kita bertanya pada pengarang atau Sutradara sebenarnya apakah tujuan mereka menulis sebuah cerita atau membuat film? Tujuan mereka sudah pasti, yaitu untuk dapat menampilkan nilai-nilai kebenaran yang tertulis sehingga dapat dipahami oleh masyarakat awam sekalipun.
Melalui sebuah cerita atau film, nilai -nilai kebenaran yang tersembunyi dibaliknya itu akan lebih mudah untuk dipahami oleh masyarakat awam. Seperti itu juga, Tuhan menciptakan sandiwara kolosal di planet bumi ini ialah pasti dengan tujuan yang mulia. Karena Beliau Sempurna , pastilah dari yang Sempurna akan lahir pula yang Sempurna.
Hanya saja, kekuatan maya yang mengikat kita itu terlalu besar, sehingga menyebabkan kita sulit untuk mengenal nilai - nilai kebenaran yang sejati melalui cara yang biasa. Karena itulah, Tuhan menciptakan sandiwara kolosal di dunia ini, melalui krida - Nya, yaitu untuk mengungkapkan rahasia kebenaran melalui cara yang lebih mudah dijangkau oleh kalangan orang-orang awam. Benda-benda material yang bersifat maya ini ialah sebagai sarana untuk menegakan pengetahuan yang sejati pada Sang Diri .
Seperti halnya juga 2 batang kayu yang digesekkan secara terus - menerus akan menyebabkan keluarnya api dari benturan tersebut . Jadi di dalam kayu terdapat api, walaupun keberadaan tersembunyi dan tidak dapat diketahui dengan cara biasa , kecuali jika dengan cara digosokkan antara kedua kayu itu.
Akhirnya api yang telah tersekam di dalam kayu, akan muncul ( menyala ) membakar kayu itu sendiri . Sebagaimana api yang menyala, seperti itulah pula pengetahuan, bisa didapatkan dengan cara mengolah benda-benda yang ada di duniawi. Pengetahuan itu tersimpan didalam benda-benda duniawi, ibarat api yang tersimpan di dalam kayu tadi.
Dengann munculnya pengtahuan dengan cara " mengutak - atik " benda-benda duniawi ini , maka pengetahuan itu akhirnya akan dapat digunakan untuk membakar tali keterikatan maya ( trsna ) manusia terhadap benda - benda material.
Hal ini juga identik dengan api yang muncul dari kayu dan membakar kayu itu sendiri . Dengan adanya Ilmu pengetahuan seseorang dapat melihat bayangan dan kesialan dirinya , dan pada akhirnya dapat mengenal hakekat dirinya sendiri, karena pengetahuan ialah Tuhan itu Sendiri yang bersemayam didalam hati nurani setiap orang.
Bagaimana caranya untuk dapat melepaskan diri kita dari maya ini? Dengan berguru pada Guru spiritual akan dapat membantu untuk menyikapi tingkat demi tingkat tabir yang membungkus sang Atma didalam dirimu.
Tabir yang membungkus ini ialah berupa sari - sari makanan yang kamu makan yang menjelma menjadi tubuhmu, pikiranmu dan karaktermu serta egomu yang dikenal dengan Panca Mayakosa yang penjelasannya yaitu sebagai berikut :
1). Anna Mayakosa yaitu selubung paling luar yaitu badan kasar .
2). Prana Mayakosa , selubung kedua yaitu badan eterik terbentuk dari prana atau daya hidup .
3). Manomayakosa selubung ketiga , berwujud manas yaitu kumpulan pikiran perasaan ( emosi ) dan keinginan .
4). Vijnana mayakosa , selubung ke empat berwujud akal budhi.
5). Ananda mayakosa , selubung ke lima yang berwujud badan kausal ( penyebab ) yang berwujud kebahagiaan jiwa.
Kelima badan ini haruslah dilebur dan dibakar dengan pengetahuan, sehingga Atma dapat terbebas tanpa bungkusan .
Didalam Upanisad memberikan batasan atau gambaran tentang bagaimana wujud Kebenaran Tertinggi , Kesadaran Tertinggi dan Kebahagiaan Tertinggi itu? Upanisad melukiskan usaha-usaha manusia untuk dapat mengenali Tuhan, sebagai sebuah patung yang terbuat dari garam, yang ingin tahu rasa asinnya air laut maka pertama-tama si patung akan mencelupkan tangannya, tetapi anehnya tangan patung itu menjadi lenyap, kemudian dia celupkan mulutnya ke laut, namun akhirnya mulutnyapun hilang, dia ceburkan diri di laut dan patung itu lenyap tidak berbekas, garam lebur ke dalam air laut, karena dari air lautlah asalnya.
Demikian manusia yang ingin mengetahui wajah Tuhan, jika dia menghayati apa sebenarnya Tuhan itu Dia pun akan larut dalam kesadaran Tuhan, dia dapat merasakan kebahagiaan itu, namun tidak bisa menggambarkannya, karena tidak pernah ada persamaanya di dunia ini yaitu kebahagiaan yang tidak pernah diikuti oleh duka.
Sehingga dapat disimpulkan dari ajaran Upanisad ini mengenai jati diri manusia. Coba renungkanlah dalam - dalam, ketahuilah apapun yang diajarkan oleh Upanisad pada hakekatnya ialah kebenaran yang tertinggi merupakan inti sari Filsafat Veda , antara lain :
1). Pernyataan " Prajnanam Brahma " yang artinya bahwa kesadaran tertinggi itu ialah Brahman ( berasal dari dari Rg Weda).
2). Pernyataan " Aham Brahmasmi " yang artinya "Aku adalah Brahman " ( berasal dari Yajur Veda ).
3). Pernyataan "Tatvamasi " yang artinya "Engkau adalah itu", bahwa semua yang bisa ditunjuk dengan "itu " ialah Tuhan ( berasal dari Sama Veda ) .
4). Pernyataan "Ayam Atma Brahma " yang artinya "Diri sejati adalah Brahman" ( berasal dari Atharva Veda ) .
Penemuan jati diri dari Upanisad kedengarannya memang lantang dan arogan, tetapi itu adalah kebenaran yang sejati meskipun belum bisa dihayati oleh semua orang .
Alangkah hebatnya kemajuan manusia dibidang ilmu dan teknologi , dia dapat menemukan atom , menemukan radar (teori gelombang), menemukan AC, heater dan lain sebagainya, semua pengetahuan itu adalah mengenai benda - benda di luar dirinya.
Namun, Pernahkah mereka semua menyelidiki kekuatan itu di dalam dirinya sendiri? Maharsi Hindu sejak zaman dahulu sudah dapat bermain dengan radar, Beliau dapat menangkap pikiran orang lain, Beliau dapat mengatur temperatur (suhu) tubuh Beliau agar tidak kedinginan meskipun berada di Puncak Gunung Himalaya . Beliau dapat menciptakan segala benda dengan melalui kekuatan prana -nya ( manik sekecap ), apapun yang Beliau kehendaki bisa terwujud.
Pengetahuan yang dapat ditemukan di dalam diri sendiri itu jauh lebih canggih dari pada pengetahuan yang dapat ditemukan di luar diri manusia . Seorang perwira tinggi bisa menaklukkan ribuan musuhnya, bisa mengendalikan tingkah laku prajurit - prajurit bawahannya dengan ketat . Tapi dapatkah dia menaklukkan nafsunya sendiri ? Dapatkah dia mengendalikan pikirannya yang tidak disiplin?
Para orang suci telah menemukan Tuhan di Pura dan di Kuil , mereka melakukan dharmayatra dan tirthayatra ratusan Kilometer jauhnya, namun pernahkah mereka menemukan Tuhan di tempat yang paling dekat , yaitu didalam hati nuraninya sendiri .
Semua orang mengagungkan keadilan, apapun yang diputuskan oleh Pengadilan ialah Kebenaran . Namun, Pernahkah orang mengadili dirinya sendiri dimana hati nuraninya bertindak sebagai hakim . Ketahuilah bahwa sesungguhnya Tuhan ada dimana - mana , termasuk di dalam diri manusia, karena itulah pandangan jangan hanya diarahkan ke luar saja tapi lihatlah juga ke dalam diri sendiri.
Apapun yang ada di luar bisa didapatkan di dalam dirimu sendiri . Maka hiduplah seimbang. Arahkanlah pandangan pikiran kita secara seimbang baik ke luar maupun ke dalam diri sendiri, sehingga dengan demikian kita akan dapat menikmati kebahagiaan secara skala niskala, yaitu kebahagiaan lahir batin.
Demikian penjelasan diatas mudahan-mudahan kita bisa mengenali diri kita secara lahiriah dan batiniah. Semoga penjelasan diatas dapat kita hayati dan dimengerti dan semoga dapat bermanfaat untuk pengetahuan kita agar bisa menjadi lebih baik lagi.
Om Santhi , Santhi , Santhi , Om.
Sumber buku: Kalisantarana upanisad
Penerbit: Yayasan Dharma Duta Indonesia bekerjasama dengan pesraman Sri-sri Nitai-Gaurangga Ashram Banjar Sayan, Baleran, Desa Werdi Bhuana Mengwi Kabupaten Badung Bali Indonesia (2015)
Sumber gambar: Pixabay