Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Kalisantarana Upanisad

Kalisantarana Upanisad 
Kata "Upanisad" yaitu pengetahuan yang disampaikan oleh seorang Guru, yang menguasai pengetahuan dari kitab-kitab suci Veda, kepada muridnya, yang sedang duduk di dekatnya. Kitab- kitab suci Veda menyediakan 2 jenis pengetahuan (vidya) yakni para-vidya dan apara-vidya. Apara-vidya terdiri dari pengetahuan-pengetahuan yang mengantarkan pada kemakmuran material, sementara para-vidya mengantarkan seseorang untuk mencapai kebahagiaan spiritual/moksa. Para-vidya terdiri dari pengetahuan mengenai Tuhan dan cara untuk mencapai kepada-Nya. Tentu saja, para-vidya ialah lebih tinggi dibanding pada apara-vidya. Bagian para-vidya dari kitab-kitab Veda ini berada dalam jantung Veda, yakni kitab-kitab Upanisad. 

Upanisad dikenal juga sebagai Vedanta atau kesimpulan dari kitab-kitab suci Veda. Kalisantarana Upanisad ialah merupakan bagian dari Krishna Yayur Veda yang mengajarkan kepada kita untuk melakukan japa (pengucapan secara berulang-ulang) nama-nama Hari, Krishna dan Rama. Kalisantarana Upanisad menyatakan bahwa mantra ini merupakan cara yang paling efisien dan praktis dalam mengatasi adanya pengaruh buruk zaman Kali yuga. Mantra ini bisa diucapkan tanpa ada batasan dan ketentuan, baik jika seseorang tersebut berada dalam keadaan bersih, atau suci, ataupun tidak.

Seperti buah matang dari kesusastraan Veda", yakni Srimad-Bhagavatam (Bhagavata Purana) pembukaan nama-nama suci Krishna, dan dengan demikianlah mengumandangkan ajaran Upanisad:

 kaler doşa-nidhe rājann 
 asti hy eko mahãn gunah
 kīrtanād eva krsnasya
 mukta-sangah paraṁ vrajet  

Wahai Raja, walaupun kehidupan pada zaman Kali-yuga seperti lautan yang dipenuhi dengan dosa, masih terkandung satu sifat baik di dalamnya yaitu: hanya cukup dengan mengucapkan maha-mantra Hare Krsna, maka seseorang dapat melepaskan dirinya dari jebakan materi yang menyengsarakannya dan naik ke tingkat kehidupan spiritual. (Srimad- Bhagavatam 12.3.51) 

 krte yad dhyāyato vișņum 
 tretāyām yajato makhaih 
 dvāpare paricaryāyāṁ 
 kalau tad dhari-kīrtanāt 

Hasil apapun yang telah dicapai pada Satya-yuga melalui konsultasi kepada Visnu, pada Treta-yuga yakni dengan cara melaksanakan korban-korban suci, dan pada Dvapara-yuga yakni dengan cara melayani kaki-padma Tuhan, dan dapat dicapai pada zaman Kali-yuga yaitu hanya dengan mengucapkan maha-mantra Hare Krsna.(Srimad-Bhagav atam 12.3.52) 

Tersebutlah pada akhir zaman Dvapara, Maharesi Narada datang menghadap kepada Dewa Brahma setelah bertualang ke seluruh dunia, lalu bertanya, 
"Wahai guru hamba yang mulia, bagaimana caranya agar seseorang dapat melepaskan diri dari pengaruh buruk zaman?" 

Dewa Brahma menjawab: 
"Pertanyaanmu sangatlah baik. Aku akan mengungkapkan kepadamu rahasia yang paling rahasia dari seluruh Sruti Sastra (Rg Veda, Yajur Veda, Sama Veda, Atharva Veda, dsb.), dengan mana sehingga akan dapat menyeberangi kesengsaraan yakni kelahiran dan kematian yang terjadi secara  berulang-ulang pada zaman Kali.  Rahasia ini haruslah dijaga dan dilindungi.  Cukup hanya dengan mengucapkan Nama-Nama Suci Personalitas Tuhan Yang Maha Esa Yang Esa, Narayana, maka seseorang akan terbebas dari cengkeraman zaman Kali." 

Maharesi Narada kembali bertanya sebagai berikut: 
"Nama suci manakah yang Anda maksudkan?" 

Selanjutnya Dewa Brahma menjawab: enam belas kata maha -mantra 
Hare Krşņa Hare Krsna 
Krsna Krsna Hare Hare 
Hare Rama Hare Rama 
Rama Rama Hare Hare 

Secara khusus untuk dapat menghancurkan pengaruh-pengaruh buruk pada zaman kali. Untuk menyelamatkan diri seseorang dari pencemaran pada zaman Kali-yuga, sama sekali tidak ada cara lain yang lebih efektif selain hanya dengan mengucapkan maha-mantra Hare Krsna. Setelah mencari ke seluruh literatur Vedapun, seseorang tidak akan dapat menemukan metode keagamaan untuk zaman ini yang lebih mulia daripada dengan mengucapan maha-mantra Hare Krsna. Mantra ini dapat menghancurkan enam belas kala pada sang jiwa, yang dimulai dengan prana, yakni penutup berupa kebodohan. Dengan demikian Tuhan Yang Maha kuasa termanifestasi di hadapan sang jiva, sebagaimana halnya seperti sinar matahari yang bersinar cemerlang setelah hilangnya awan penutup. 

Maharesi Narada kemudian bertanya: "Wahai guru hamba yang mulia, adakah aturan yang diperlukan dalam mengucapkan maha-mantra ini?" 

Dewa Brahma menjawab: 
"Sama sekali tidak ada aturan yang dapat mempersulit seseorang dalam mengucapkan ke-enam belas Nama Suci Personalitas Tuhan Yang Maha Esa ini. Kapanpun  dan di manapun, setiap saat, apakah seseorang dalam keadaan suci atau tidak suci, ia dapat mengucapkannya. Dengan mengucapkan maha-mantra ini maka seseorang akan terbebas dari kelahiran dan kematian, yakni moksa yang disebut salokya: tinggal dalam satu planet bersama Tuhan Yang Maha Esa, samepya: tinggal sebagai sahabat karib Tuhan Yang Maha Esa, sarupya: memperoleh bentuk serupa dengan Tuhan Yang Maha Esa, sayujya: menyatu dengan brahmajyoti-cahaya Tuhan Yang Maha Esa.

Jika seseorang mengucapkan mantra berupa enam belas Nama Suci Tuhan ini, yaitu sampai dengan jumlah tiga setengah koti (35.000.000), maka dosa-dosa yang diampuni akan setara atau sama dengan seseorang melakukan kegiatan yang dapat menyebabkan kematian seorang brahmana, perwira, atau jika ia melakukan kegiatan mencuri emas, termasuk dosa-dosa karena lalai atau penghinaan serta melakukan perbuatan salah kepada para leluhur, para dewa, atau bahkan kepada Tuhan, serta kesalahan terhadap sesama manusia atau yang lainnya. Dosa-dosa akibat dari meninggalkan segala macam dharma atau kewajiban-kewajiban suci yang telah digariskan juga akan segera terhapuskan.

Demikianlah Upanisad suci ini. Segala pujian kepada Sri Hari, Sang Kebenaran Mutlak Atas segala karunia-Nya semoga 9 penjuru mata-angin selalu damai adanya. Dengan demikian berakhirlah Upanisad suci penghancur pengaruh buruk pada zaman Kali yuga ini.




Sumber buku: Kalisantarana upanisad
Penerbit: Yayasan Dharma Duta Indonesia bekerjasama dengan pesraman Sri-sri Nitai-Gaurangga Ashram Banjar Sayan, Baleran, Desa Werdi Bhuana Mengwi Kabupaten Badung Bali Indonesia (2015)
Sumber gambar: Pixabay